• FYI

    01 April 2013

    Berapa Ton/Ha Padi Hasil Sawah Apung Ciamis?

    Berita mengenai inovasi pertanian berupa sawah apung di daerah Padaherang Ciamis pada pertengahan bulan Maret 2013 lalu cukup mendapat banyak perhatian. Bagaimana tidak, Kelompok Taruna Tani Mekar Bayu di Desa Ciganjeng Kecamatan Padaherang telah mengadopsi sistem pemeliharaan padi secara SRI (System of Rice Intensification) dalam bentuk pertanian sawah apung. Cara bertani padi seperti ini diharapkan dapat menjadi alternatif para petani dalam mengantisipasi kedatangan banjir musiman yang kerap menimbulkan kerugian.

    Penanaman sawah apung secara fisik nyaris tak berbeda dengan sistem sawah pada umumnya atau konvensional, yakni menanam padi rumpun demi rumpun, tetapi bedanya adalah rumpun-rumpun tersebut ditanam pada media serabut kelapa dan tanah sawah diatas rakit bambu. Fungsi rakit tersebut adalah untuk membuat media tanaman mengapung jika terjadi luapan air atau banjir. Seperti diketahui, banjir kerap menyebabkan pertanian padi menjadi puso dan gagal total.

    Sawah Apung Ciganjeng Padaherang (sumber: PR Online)
    Respon pembaca terhadap berita sawah apung di laman Warta Ciamis diantaranya adalah pertanyaan mengenai volume hasil panen yang dilakukan 14 Maret 2013 lalu. Penelusuran tentang hal tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa penanaman sawah apung cukup menjanjikan, karena hasil panen dapat dianggap setara dengan sistem konvensional.

    Situs harapanrakyat.com melaporkan bahwa satu rakit sawah apung dapat menghasilkan 5,5 kg hasil panen atau sekitar 430 gr/rumpun. Untuk total 100 bata area sawah apung yang menggunakan media rakit 100 buah, dapat dikalkulasi menghasilkan 5,5 kuintal padi. Laporan yang cukup rinci tersebut jika diproyeksikan untuk lahan 1 hektar atau kurang lebih 714 bata, maka hasilnya adalah 3,9 ton.

    Media berita online lain melaporkan hasil yang jauh berbeda dan perbedaan jumlah laporan hasil panen tersebtu mungkin terjadi karena panen belum dilakukan dalam ukuran luas sawah satu hektar, sehingga jumlah taksiran mejadi berbeda.

    "Meski panen, kami masih belum puas, karena sebenarnya produktivitasnya masih bisa ditingkatkan di atas 6,2 ton," demikian dikatakan Tahmo Cahyono, ketua Kelompok Taruna Tani Bayu Mekar, sebagaimana dikutip oleh PR Online (27/03/2013).

    Tahmo menyebut IR 64 sebagai varietas padi yang digunakan, dan masih ada peluang untuk meningkatkan hasil produksi, apalagi panen yang dilakukan masih merupakan hasil perdana. Sistem pemupukan dan pemberantarsan hama di sawah apung menggunakan pupuk dan obat anti hama organik.

    Tantangan dalam budidaya padi dengan sawah apung tidak hanya dalam hal pelaksanaan penanaman dan pemeliharaannya, melainkan terutama pada proses introduksi metoda penanaman, perubahan pola pikir dan perilaku petani itu sendiri. Bagaimanapun diperlukan perlakuan khusus dalam mengelola sawah apung, bahkan petani harus menembus banjir untuk memanen bulir padi dan mengangkutnya ke darat. Kabar baiknya adalah, bagaimanapun hasil yang didapat, adalah jauh lebih baik dibanding kerugian total pertanian padi akibat puso dan gagal tanam karena banjir.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Sejarah

    Fiksi

    Inspirasi