• FYI

    04 Juli 2013

    Menantang Maut Lintasi Jembatan Plengkung Lakbok

    Jalanan kota dan pedesaan yang baik dan mulus, sudah lama menjadi idaman masyarakat Ciamis. Aktivitas masyarakat memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang layak. Kebutuhan tersebut sudah tak dapat ditawar-tawar lagi, di tengah makin tingginya tensi kehidupan. Laju pertumbuhan ekonomi wilayah pun tak mungkin terjadi tanpa sarana perhubungan yang mantap.

    Warta mengenai jalanan rusak dan tak layak sudah lama terdengar di wilayah Ciamis. Berbagai tulisan dan laporan, baik dari jurnalis maupun masyarakat, dapat dibaca di berbagai media, baik cetak, teve maupun situs dunia maya. Sebagian warta dilengkapi gambar-gambar yang amat memprihatinkan. Keluhan-keluhan yang terus bermunculan, bahkan sempat terakumulasi menjadi unjuk rasa masyarakat.

    Jembatan Pelengkung Lakbok Ciamis (foto: Andre Yudha)
    Seorang warga Ciamis, Andre Yudha, memosting gambaran aktual mengenai aktivitas masyarakat sekitar Jembatan Plengkung, di wilayah Kecamatan Lakbok Ciamis, melalui situs jejaring sosial facebook. Bangunan yang menjadi penghubung jalur kereta api dari Banjar ke Kroya tersebut ternyata sering digunakan warga sebagai jalur transportasi sehari-hari.

    Panjang Jembatan Plengkung tak main-main. Bangunan berkonstruksi besi baja tersebut membentang sejauh 250 meter. Lebih panjang daripada Jembatan Cirahong yang panjangnya 202 meter. Fungsi strategisnya dapat menghubungkan warga yang berniat bepergian ke arah Wanareja Jawa Tengah. Lebih dekat dibandingkan jalur lainnya.

    Jalur yang dapat dilalui dengan motor atau berjalan kaki tersebut dilewati warga dengan berbekal nekat, karena sebenarnya seolah menantang maut. Selain masalah ketinggian jembatan, jalur motor yang tersedia pun alakadarnya, terletak di tengah rel kereta. Jika belum biasa dan tidak berhati-hati, dapat menimbulkan kecelakaan. Bayangkan jika Anda ada di tengah-tengah jembatan dan ternyata kereta datang.

    Nampaknya pemenuhan kebutuhan akan jalur jalan yang lebih aman bagi warga, sebagai pengganti Jembatan Plengkung, masih memerlukan waktu dan menjadi tanda tanya. Hingga kini, meski ironis, nyatanya jalur motor pada Jembatan Pelengkung ersebut terus dilewati oleh mereka yang membutuhkannya.

    Sejarah

    Fiksi

    Inspirasi