• FYI

    12 Januari 2017

    Mojang dan Bujang, Ayo Bertandang ke Kabuyutan Gandoang!

    Usaha pencarian dan pengembangan destinasi wisata baru di wilayah Kabupaten Ciamis terus menggeliat. Sejak lepasnya Pantai Pangandaran sebagai obyek wisata unggulan di Ciamis di masa lalu, mau tak mau pencarian potensi baru terus diupayakan. Potensi lokal yang belum terekspos dan dikembangkan pun mulai mendapat perhatian dari berbagai kalangan.

    Tak hanya para stakeholder di industri pariwisata atau para pemangku kebijakan yang mengambil peran, kini keterlibatan publik –terutama generasi muda- pun ikut menentukan dalam mengembangkan wisata Ciamis. Tak bisa dipungkiri, era milenia yang diwarnai hiruk-pikuk perputaran data digital di dunia maya, fenomena media sosial dan selfie yang membahana, telah mendorong berkembangnya berbagai lokasi wisata di Ciamis khususnya maupun di tanah air umumnya.

    Kabuyutan Gandoang adalah salah satu masa depan sektor pariwisata Ciamis yang mampu menjadi unggulan, jika mendapatkan perhatian dan penanganan yang tepat. Destinasi wisata alam dan budaya ini terletak di Dusun Cipeucang, Desa Wanasigra, Kecamatan Sindangkasih, Kabupaten Ciamis.

    Areal lima hektar yang terhampar di lokasi tersebut ditumbuhi oleh rerimbunan berbagai pepohonan dan rumpun bambu yang rindang. Kontur bukit yang penuh pepohonan lebat berjumpa dengan aliran Sungai Citanduy, lengkap dengan bebatuannya. Panorama tersebut memanjakan pandangan dan menawarkan lokasi yang ideal untuk pemotretan. Mau selfie di lokasi wisata Ciamis yang unik? Kabuyutan Gandoang salah satu tempatnya.

    ***

    Aliran Citanduy di bawah Hutan Gandoang (foto: Pandu Radea)

    Kabuyutan Gandoang dapat menjadi alternatif obyek wisata alam dan wisata budaya di Ciamis. Sesuai dengan namanya, ‘kabuyutan’ berarti hutan larangan yang menyimpan nilai spiritual, budaya dan kearifan lokal. Sebuah kabuyutan tak dapat dikunjungi dengan sembarangan, ada tatacara dan panduan dalam bertingkah-laku yang harus dipatuhi dalam memasukinya. Norma adat yang diyakini oleh masyarakat sekitar tersebutlah yang telah menjaga kelestarian hutan ini, sehingga mampu bertahan hingga kini. Padahal lokasi obyek wisata ini hanya dekat saja dari jalur jalan raya Ciamis-Tasik yang selalu ramai, sangat mudah dijangkau para pengunjung.

    Makam leluhur masyarakat Gandoang terdapat di puncak hutan Gandoang, yang dikenal bernama Syeh Padamatang. Selain beberapa makam leluhur yang dikenal, terdapat puluhan hingga ratusan tanda makam lainnya yang tidak diketahui identitasnya. Hal itu menurut menunjukkan komplek pemakaman tersebut merupakan peralihan masa klasik ke masa Islam. Tradisi budaya yang dikenal dengan nama ‘Merlawu’ masih terus berlangsung secara rutin setiap bulan maulud dan pelaksanaannya setelah acara panjang-jimat di Cirebon. Ribuan masyarakat Wanasigra memenuhi area Kabuyutan Gandoang pada saat acara tersebut untuk bertawasul.

    Terdapat pula peninggalan budaya berupa naskah-naskah kuna yang terjaga secara turun-temurun dan perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut. Peninggalan lainnya berupa keris, tombak dan pangot yang diyakini merupakan perninggalan Syeh Padamatang. Sementara itu, sekitar 50 bangunan rumah yang bercirikan desain dari jaman kolonial Belanda dan sebuah jembatan lengkung untuk pejalan kaki, melengkapi eksotisme destinasi wisata Ciamis yang masih minim publikasi ini.

    ***

    Pemerhati sejarah dan seniman Ciamis, Pandu Radea adalah salah satu tokoh muda yang cukup intens menggali potensi wisata alam dan budaya Kabuyutan Gandoang. Ketua Komunitas Tapak Karuhun tersebut bahkan mempromosikan lokasi ini sebagai tempat kunjungan yang direkomendasikan bagi para jomblowers, sebab banyak calon pengantin yang mengunjungi area ini untuk berziarah yang lantas mereka menikah. Terlepas dari promo setengah bercanda tersebut, lokasinya memang membuat betah para pengunjung yang datang.

    Suasana alami yang segar dan membuat betah di Kabuyutan Gandoang (foto:Pandu Radea)

    “Lokasi wisata ini perlu mendapat lebih banyak perhatian dari semua pihak,” ungkap kreator Wayang Landung yang sudah mulai meneliti peninggalan budaya di Kabuyutan Gandoang sejak tahun 2015 tersebut. Ia berharap potensi Gandoang yang sedemikian eksotis akan membawa manfaat bagi banyak pihak. Di sisi lain, nilai adat budaya yang berlaku di Wanasigra dalam memperlakukan hutan, adalah pendidikan yang sangat baik untuk generasi muda, pangsa tersesar dalam laku wisata yang sedang terus bergema.

    (Sebagian dari isi tulisan di atas merupakan kutipan yang Anda dapat baca selengkapnya pada tulisan di Sportourism.id)

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Sejarah

    Fiksi

    Inspirasi