• FYI

    09 Juli 2018

    Di Balik Tutupnya Mega Wisata Icakan


    Kabar mengenai tutupnya Mega Wisata Icakan yang terletak di Kampung Cikacang, Desa Sukamulya, Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis, cukup mengagetkan warga dunia maya, khususnya netizen Ciamis dan sekitarnya. Pengumuman penutupan disampaikan oleh pihak owner melalui akun media sosial facebook dan sontak memperoleh berbagai tanggapan maupun dibagikan ulang.

    Icakan adalah wahana wisata terbesar di Kabupaten Ciamis, yang sempat digadang-gadang sebagai salah satu destinasi favorit di wilayah selatan Jawa Barat, melengkapi keberadaan beberapa tujuan wisata yang sudah ada sebelumnya. Mengutip PR Online, Mega Wisata Icakan berdiri di atas lahan seluas 70 hektar dan yang sudah digunakan lebih kurang 15 hektar untuk fasilitas waterboom, kolam ombak, kolam arus, kolam anak dan dewasa, bioskop 3 dimensi, kolam terapi ikan, flying fox, perahu bebek, roller coaster, taman bermain anak, tempat lesehan, area parkir dan fasilitas lainnya. Sempat pula mengemuka bahwa akan dibangun hotel syariah, cottage, bioskop 4 dimensi dan gondola.

    Destinasi wisata keluarga yang sempat ramai dikunjungi tersebut kini tinggal kenangan. Laman situs resminya pun (http://icakan.co.id) sudah tak dapat diakses dan dinyatakan ‘expired’. Beberapa calon pengunjung sempat menyampaikan kekecewaan mereka melalui medsos, karena sudah kadung sampai di lokasi dan tidak tahu kalau ternyata sudah ditutup.


    Kenapa Icakan tutup? Sayangnya, pihak owner Icakan tidak menyebut secara spesifik alasan penutupan tersebut di dalam rilisnya, sehingga memancing munculnya dugaan maupun sangkaan dari netizen, terlihat dari komentar-komentar untuk pengumuman tersebut.

    Ada yang menduga penutupan tersebut sebagai strategi marketing saja untuk menarik perhatian pengunjung, meskipun terbantah oleh kenyataan bahwa bukan hanya satu-dua orang saja yang sudah datang dan harus balik badan karena memang benar-benar sudah tutup.

    Ada pula yang berpendapat bahwa penutupan ini karena owner Icakan sudah mantap berhijrah dan mungkin menganggap bisnis tersebut tidak berkah atau tidak sesuai lagi dengan keyakinan. Bahkan, muncul pula dukungan agar Icakan dijadikan pesantren ke depannya. Dugaan hijrahnya owner Icakan ini lantas dikaitkan dengan berbagai event kajian sunnah yang diadakan di Masjid Icakan, dengan menghadirkan para pembicara, khususnya yang berasal dari manhaj salaf atau populer disebut sebagai kalangan ‘salafi’.


    Sementara itu, ada pula yang menyangka bahwa penutupan Icakan memang terkait makin sepinya pengunjung, terutama setelah ada pemisahan waktu kunjungan pria/wanita (ke waterboom) meskipun masih satu keluarga, sehingga 'menyulitkan' pengunjung. Pemisahan tersebut dipahami sebagian pihak sebagai manifestasi menuju rekreasi yang lebih syar’i, apalagi wisata air membutuhkan busana yang khusus dan ‘riskan’ untuk lawan jenis. Sayangnya, pemisahan waktu berkunjung membawa dampak terhadap animo dan tingkat kunjungan.

    Beberapa netizen nampak kecewa dengan adanya pembatasan, karena mau tidak mau kehilangan kesempatan untuk menikmati kebersamaan dengan keluarga tercinta. Bahkan ada pula yang mengaku kecewa karena anaknya luka, sementara tak ada orang tua yang dapat mendampingi (karena terkait jadwal kunjungan).

    Apakah benar bahwa tingkat kunjungan menurun karena hal tersebut? Belum terang benar. Namun begitu, pada tahun 2016, Asep Hendra, pengelola Icakan, menuturkan kepada Tabloid Metro Lima bahwa jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Icakan di sepanjang tahun 2016 tersebut mengalami penurunan hingga 40%, sangat jauh dari jumlah pengunjung yang datang pada tahun-tahun sebelumnya.

    Mana alasan yang sesungguhnya untuk penutupan Icakan? Wallahu a'lam, belum ada pernyataan resmi. Sang Owner-lah yang memang paling berhak menyampaikan alasan sebenarnya, itu pun jika berkenan menjawab rasa penasaran publik.

    Tak urung, kabar tutupnya Icakan disayangkan oleh banyak warga Ciamis, karena fasilitas di lokasi tersebut cukup lengkap dan dapat digunakan untuk hal-hal positif. Akun netizen Rhere Anggraeni, misalnya, mengomentari, “Sayang ya kalau sampai ditutup untuk umum, karena fasilitasnya baik dan cukup tersedia. Waktu saya bawa anak-anak murid TK se-kecamatan Ciamis untuk acara manasik haji, sarananya tersedia.”

    Di lain pihak, tanggapan setuju dan apresiasi juga bermunculan atas penutupan Icakan. Apalagi beredar wacana bahwa Icakan akan menjadi pesantren. Sebut saja akun bernama Abu Khalid yang menyampaikan dukungannya, “Saya setuju kalau Icakan dijadikan kampung sunnah. Atau pondok tahfidz. Saya yakin dengan ditutupnya Icakan Ciamis untuk dijadikan tempat yang bermanfaat untuk kemajuan dakwah sunnah di CIAMIS. Barakallahu fiikum kepada manajemen ICAKAN.”

    Isu 2M

    Ada juga perbincangan netizen tentang 2M yang menarik untuk disimak, meski belum tentu juga menjadi alasan utama owner menutup usahanya.

    1. Mistis.
    Kabarnya, di lokasi tersebut cukup menyeramkan dan ada kisah-kisah beraroma mistis. Namun, tentu saja isu seperti ini amat sulit dibuktikan, bahkan akhirnya juga menjadi bahan guyonan. Sebut saja Jatnika yang menuturkan, “Terlalu banyak jurig (setan).... Dulu saja kabarnya patung gorilla suka turun malam-malam, pergi ke warung warga minta rokok dan kopi. Bilangnya ‘cangkeul’ (pegal) seharian berdiri terus....”

    2. Mesum.
    Beredar kabar di kampung sekitar, sebagaimana disampaikan oleh akun Facebook RitFal RitFal, bahwa “santer isu di kampung saya, banyak yang mesum katanya.” Katanya? Sekali lagi, hal ini pun tidak dapat dibuktikan kebenarannya, tak didukung oleh data atau fakta yang akurat.


    Bagaimanapun, kenyataannya Mega Wisata Icakan akhirnya menemui nasibnya. Kini destinasi wisata yang popularitasnya sempat melambung dan ikut mengangkat nama Ciamis ini tutup sudah.

    Mereka yang belum kesampaian datang ke Icakan, menerima kabar penutupan tersebut sebagai sangat mengecewakan. Tetapi, sebenarnya masih ada peluang untuk tetap datang! Ternyata, setiap hari minggu sore kajian sunnah di Masjid Icakan tetap diadakan. Demikian yang terekam dalam perbincangan singkat antara akun Icakan dengan salah satu penanya. Itulah kesempatan bagi yang masih berminat datang untuk (mengaji dan melihat-lihat) di lokasi Icakan.

    Tutupnya Icakan di lain pihak tentu saja mengurangi jumlah destinasi wisata yang memiliki fasilitas cukup lengkap dan luas. Hilangnya salah satu sumber PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kabupaten Ciamis tersebut harus direspon dengan hadirnya alternatif lain atau pembenahan obyek-obyek yang sudah ada agar menjadi lebih baik serta representatif.

    Jika tidak, maka animo, kunjungan dan aliran dana masyarakat akan mengalir ke luar daerah, ke lokasi-lokasi yang memiliki fasilitas wisata setara atau lebih baik, yang sigap menyerap arus kunjungan wisata domestik yang terus meningkat.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Sejarah

    Fiksi

    Inspirasi