Jembatan kereta api yang dikenal sebagai Jembatan Plengkung ini terletak di perbatasan antara dua kabupaten dan sekaligus dua provinsi, tepatnya menghubungkan wilayah Dusun Cikawung, Desa Cintaratu, Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat, dengan Dusun Meluwung, Desa Tarisi, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah.
Penyebutan nama jembatan ini kemungkinan besar karena pada konstruksinya yang merupakan rangkaian besi baja kokoh terdapat bentuk melengkung, sehingga kemudian warga menyebutnya sebagai Jembatan Plengkung.
Catatan lain menyebut struktur peninggalan zaman kolonial yang mengagumkan ini sebagai Jembatan Cikawung atau Jembatan Ci Tanduy, dengan nama BH (Bangunan Hikmat) No. 1452, dan dibangun pada sekitar tahun 1894 oleh perusahaan sepur Staatsspoorwagen (SS) yang kini menjadi PT KAI.
Jembatan Plengkung merupakan penghubung lalu lintas kereta api dari Jawa Barat ke arah Jawa Tengah melalui jalur selatan, atau menghubungkan Stasiun Banjar dengan Stasiun Kroya. Panjang bentangannya tidak main-main, yakni 250 meter atau melebihi Jembatan Cirahong yang ‘hanya’ memiliki bentangan sepanjang 202 meter.
Karena lokasi strategisnya, selain menjadi jalur perlintasan kereta api, jembatan yang terletak sekitar 1 km dari Stasiun Cikawung ini sejak dulu sudah digunakan warga dari wilayah sekitar untuk menyeberang, baik dengan berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan roda dua (baik sepeda kayuh atau bermotor).
Sebuah foto kiriman warga yang pernah dipublikasikan CIAMIS.info pada tahun 2013 menunjukkan seorang pengemudi sepeda motor sedang melintasi jalan sederhana berupa susunan selebar 2 bilah papan kayu yang dipasang di tengah jalur rel kereta. Hal ini menunjukkan masyarakat setempat memang sudah terbiasa menggunakan jalur tersebut, sebab lebih singkat daripada memutar ke jalur lain.
Sebenarnya, terdapat papan larangan agar warga tidak melintas menggunakan jembatan tersebut, tetapi ketiadaan jalur penyeberangan yang dekat dan memadai, membuat warga menentukan jalan sendiri.
Sayangnya, menurut info yang diperoleh, sudah kerap terjadi adanya korban pelintas yang jatuh terpeleset saat menyeberang, atau tertabrak saat berada di tengah jembatan karena ada kereta datang dari arah berlawanan. Dapat disimpulkan, jalur buatan warga tersebut sebenarnya sangat berisiko dan dapat mengorbankan nyawa warga.
Masalah tersebut akhirnya teratasi dengan dibuatnya jembatan tambahan dari material besi yang digunakan khusus untuk penyeberangan manusia dan kendaraan roda dua. Meski tidak sangat ideal sepenuhnya, hal ini sudah jauh lebih baik dibanding menggunakan jalan kayu di tengah rel kereta, atau harus menggunakan perahu untuk menyeberangi Sungai Citanduy seperti dulu kala.
Editor: @ciamisnulis
Foto: @aty_supriyati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar