• FYI

    08 April 2021

    Singkat dan Khidmat, Tradisi Nyepuh Tetap Dijalankan oleh Warga Ciomas


    Masyarakat muslim di berbagai wilayah di Kabupaten Ciamis masih memiliki warisan tradisi budaya yang unik dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Salah satu yang masih terus dilestarikan adalah seperti yang dapat dijumpai di Dusun Ciomas, Desa Ciomas, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, baru-baru ini.

    Warga setempat menyelenggarakan tradisi penyambutan bulan puasa yang biasa disebut dengan Nyepuh, pada hari Sabtu, tanggal 3 April 2021. Kegiatan ini berlangsung khidmat meskipun cukup singkat, yakni dari pukul 7.00 hingga pukul 9.00 pagi, karena menyesuaikan dengan arahan dari pemerintah, terkait masih berjalannya penanganan pandemi COVID-19. Tahun 2021 ini, Pemkab Ciamis mengizinkan pelaksanaan berbagi upacara tradisi penyambutan Ramadhan, tetapi dengan aturan dan panduan yang ketat.

    Jika biasanya pelaksanaan tradisi Nyepuh ini dapat mengundang kehadiran khalayak ramai, tahun ini pelaksanaannya berlangsung sederhana, terbatas dan lebih mengedepankan penyampaian nilai-nilai intinya.

    Tradisi Nyepuh sendiri sudah hidup sangat lama di tengah-tengah masyarakat Dusun Ciomas, sudah berpuluh-puluh tahun dijalankan. Warga memandang banyak nilai kebijaksanaan yang terkandung di dalam pelaksanaan tradisi tersebut, sehingga sudah sepatutnya tetap diadakan dan dilestarikan.

    “Di upacara inilah, anak muda belajar kepada orang yang lebih tua atau sepuh. Terutama agar lebih bijak dalam menghadapi kehidupan,” tutur Melly, warga setempat.

    Acara inti dari pelaksanaan Nyepuh adalah membersihkan diri dengan menggunakan air keramat yang diambil dari lokasi Makam Gede. Makam tersebut merupakan tempat dikebumikannya seorang tokoh penyebar agama Islam di wilayah Desa Ciomas, yang dikenal dengan nama Kiai Haji Panghulu Gusti.

    Makam Gede terletak di tengah-tengah kawasan hutan seluas lebih kurang 35 hektar yang dianggap keramat oleh warga Desa Ciomas. Aturan tidak tertulis yang hidup dalam adat istiadat masyarakat setempat diyakini telah membuat kawasan hutan tersebut hingga kini tetap terpelihara kelestariannya. Warga setempat memegang teguh nilai-nilai kearifan lokal dalam melestarikan hutan tersebut sebagai pelaksanaan amanat dari Kiai Haji Panghulu Gusti.

    Rangkaian acara dalam tradisi Nyepuh dimulai di lokasi kediaman Kasepuhan atau Juru Kunci Makam Kiai Haji Panghulu Gusti, yakni Ibu Siti Maryam. Selanjutnya, kegiatan beralih ke lokasi mata air Geger Emas untuk mengambil air keramat, dan diteruskan dengan ziarah (nyekar) serta tawasul di makam. Terakhir, acara ditutup di lokasi pemakaman umum, ditandai secara simbolis dengan penutupan payung.

    Sumber: @kim_ciomas
    Editor: @ciamisnulis

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Sejarah

    Fiksi

    Inspirasi