• FYI

    15 Juli 2018

    Mitos Buang CD di Karamat Kawali


    Pegiat seni muda teureuh Kawali, Fahmy Husnulyaqin, ikut terlibat dalam persiapan menjelang pelaksanaan event istimewa “Nyiar Lumar” yang akan digelar pada tanggal 28 Juli 2018. Ia bersama kawan-kawan terpanggil mempersiapkan segala sesuatunya, baik karena menjadi panitia maupun sebagai ‘urang Kawali’ tuan rumah kegiatan dua tahunan tersebut.

    Pada saatnya, diperkirakan ribuan orang akan kembali tumpah-ruah di lokasi acara budaya Nyiar Lumar. Pengunjung akan diajak menikmati bermacam sajian kesenian tradisi yang berasal dari dalam dan luar Tatar Galuh. Setting panggung yang natural dan ditata sedemikian rupa, akan membawa pengunjung ke pengalaman batiniah yang sangat berbeda. Seakan sejenak kembali kepada kemurnian alami, lepas dari hiruk-pikuk dunia yang kadang menyesakkan dada.

    Fahmy dan kawan-kawan sejak jauh-jauh hari sudah mulai membersihkan area sekitar lokasi pelaksanaan acara, tepatnya di kawasan Astana Gede Kawali, Ciamis. Tempat tersebut dipilih karena merupakan ‘karamat’ yang menyimpan peninggalan-peninggalan leluhur dan petilasan yang sarat dengan pesan budaya serta falsafah adiluhur Tatar Galuh. Bahkan, slogan Kabupaten Ciamis pun sejatinya diambil dari tulisan pada salah satu prasasti yang terdapat di tempat ini.

    Tak dinyana, Fahmy kembali mendapatkan ‘penemuan aneh’ pada saat aktivitas bersih-bersih dilakukan. Memang, ini bukan kali pertama ini ia menemukan ‘barang-barang antik’ di kawasan tersebut. Ia mengaku telah menyimpan keheranan selama bertahun-tahun, tapi selama ini hanya dipendamnya saja.

    "Ada apa gerangan di karamat, khususnya di karamat Astana Gede Kawali ini, kok banyak sekali yang membuang daleman sembarangan, khususnya cangc*t (CD) dan k*tang (BH), ya?" ungkapnya. Ia mengunggah sebuah foto di laman sosmed miliknya.

    Siapa yang membuang 'daleman' sembarangan? Apakah pembuangan piranti-piranti penting tersebut hanya kerjaan orang iseng belaka? Atau memang dilakukan sebagai ritual tertentu, semacam ‘buang sial’ misalnya, atau bagaimana?

    Belum ditemukan jawaban yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan tadi. Tapi, tentu saja pembuangan sampah non-organik seperti ini, jika dilakukan terus menerus oleh orang banyak, pada akhirnya akan mengotori lingkungan sekitar kawasan karamat yang disakralkan. Padahal salah satu nilai kearifan lokal penting dalam penyakralan karamat adalah pemeliharaan kelestarian alam.

    Prasasti Kawali I. Foto saé IG @naaadiarahma. 
    Di sisi lain, pembuangan barang-barang tersebut dikhawatirkan akan membawa pengaruh tidak baik. Selain citra karamat sendiri yang tercemar, akidah masyarakat pun dikhawatirkan terancam oleh kemusyrikan.

    Mangga, kepada dulur-dulur yang merasa membuang… eh maaf, merasa tahu alasan dibuangnya barang-barang tersebut, silakan boleh berbagi cerita. Anda dapat memberi komentar di bawah tulisan ini, siapa tahu pernah mendengar selentingan, kabar angin dan sebagainya. Ini memang 'ngeri-ngeri gimana' gitu ya, tapi nyata adanya.

    Selamat menanti Nyiar Lumar tahun 2018. Mari hadiri dan saksikan bersama pada saatnya, 28 Juli 2018. Jangan, don't even think, dilarang keras menyiapkan daleman-daleman baru, apalagi bekas, untuk dibawa pada perhelatan tersebut. Karena memang acara tersebut gratis, tidak dipungut biaya tiket, apalagi sesaji aneh seperti itu!

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Sejarah

    Fiksi

    Inspirasi