• FYI

    26 Oktober 2021

    Zaman Dulu Jadi Ilmu Bela Diri, Seni Debus Desa Bahara Tetap Lestari hingga Kini


    Suasana istimewa dirasakan oleh masyarakat Desa Bahara, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, pada Minggu (24/10/2021) malam, ketika orang nomor satu dan nomor dua di Kabupaten Ciamis berkenan hadir ke desa tersebut untuk menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad saw., sekaligus peringatan hari jadi atau Milangkala ke-104 Seni Debus Panji Barani Bahara.bKehadiran Bupati Dr. H. Herdiat Sunarya dan Wakil Bupati Yana D. Putra disambut oleh aparat pemerintahan, para tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat, dan segenap warga Desa Bahara yang turut menghadiri acara tersebut.

    Kehadiran Bupati dan Wakil Bupati Ciamis dalam kegiatan Milangkala ke-104 Seni Debus Panji Barani Bahara menunjukkan perhatian dan apresiasi terhadap keberadaan seni tradisional tersebut. Desa Bahara yang merupakan pemekaran dari Desa Panjalu pada tahun 1983, memang terkenal memiliki seni debus, suatu bentuk kesenian tradisional yang tidak setiap desa di Tatar Galuh memilikinya. Bupati Herdiat mengajak warga untuk menjaga seni debus sebagai seni budaya peninggalan leluhur

    "Ini adalah seni budaya leluhur yang harus dipelihara, dirawat, dan dijaga oleh kita semua, jangan sampai hilang," ucap Bupati Herdiat pada sambutannya.

    Tak lupa, terkait situasai dan kondisi yang masih berada di dalam masa penanganan penyebaran virus corona, Bupati Herdiat mengajak warga Desa Bahara untuk menyukseskan program vaksinasi sebagai ikhtiar untuk segera keluar dari pandemi COVID-19.

    Debus Panji Barani: Dulu Bela Diri, Kini Atraksi Seni

    Menurut keterangan yang berasal dari cerita turun-temurun warga setempat, kesenian debus di Desa Bahara merupakan peninggalan dari zaman Kerajaan Panjalu. Tokoh yang disebut sebagai perintis debus di Desa Bahara adalah Eyang Sanghyang Panji Barani, putra ketiga Raja Sanghyang Cakradewa yang pernah memerintah di Kerajaan Cipanjalu.

    Debus di zaman dulu merupakan ilmu bela diri yang digunakan untuk melawan musuh, tetapi lama kelamaan berubah menjadi kesenian khas yang dipertunjukkan hanya setahun sekali, yaitu pada event budaya bernama Upacara Adat Nyangku yang diselenggarakan di wilayah Panjalu.


    Seni Debus Panji Barani Bahara dimainkan oleh lebih kurang 30 orang pemain yang pembagian tugasnya di antaranya untuk posisi nayaga (pemain musik), yang terdiri atas penabuh kendang, penabuh kempul, dan peniup terompet. Kemudian, para penari untuk ibing (tarian) yang terdiri atas bing palalayon (seni zaman dulu, pencak), ibing panglima (tarian khusus), bing buhun, ibing tepak tilu dengan lagu kembang beureum, dan atraksi debus dengan lagu padungdung.

    Sementara itu, berbagai atraksi debus yang ditampilkan di antaranya berupa gerakan menusuk perut menggunakan golok tanpa terluka sedikit pun, mengiris anggota tubuh, memakan api dan bara api, membakar tubuh dengan api dan menggunakan arang panas, membelah kayu dan bambu dengan kepala, dan memainkan bola api.

    Pementasan Seni Debus Panji Barani Bahara merupakan tontonan yang menghibur dan mengagumkan, dan sekaligus dapat menimbulkan rasa ngeri karena tampak berbahaya. Namun, keberlangsungan seni tradisional dari Desa Bahara yang unik dan memukau ini bergantung pada regenerasi para pegiat seni tersebut, dan kepedulian dari berbagai pihak pada usaha-usaha pelestariannya.

    Source: @prokopim.ciamis
    Editor: @ciamisnulis

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Sejarah

    Fiksi

    Inspirasi