• FYI

    22 April 2024

    Menimbang Pemanfaatan Konsep Live In untuk Memperkenalkan Potensi Wisata dan Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Kabupaten Ciamis


    Saya tidak berhenti bergumam dalam hati ketika mengikuti dialog bersama kepala desa dan ketua desa wisata di Kalurahan Ngargosari, Samigaluh, Kulonprogo, DIY, beberapa waktu yang lalu. Perbincangan mereka berkisar mengenai upaya pengembangan potensi wisata kalurahan (desa) mereka, dan terjadi di sela-sela acara ‘merti dusun’, sebuah upacara adat setempat.

    Dialog ini merupakan agenda mediasi program individu Kuliah Kerja Nyata (KKN) antara pemerintahan Kalurahan Ngargosari dan saya yang berencana menjalankan program promosi budaya dan potensi wisata alam setempat pada wisatawan internasional.

    Dari penuturan ketua desa wisata, saya mengetahui bahwa ternyata Kalurahan Ngargosari telah bekerja sama dengan lembaga pendidikan dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) di tingkat regional ASEAN untuk mempromosikan wisata yang ada dengan memanfaatkan konsep wisata Live In. Sungguh mengesankan!

    Mengenal Konsep Live In

    Konsep Live In pada dasarnya menawarkan kegiatan pembelajaran untuk merasakan pengalaman menetap dan bercengkrama dengan masyarakat suatu daerah. Konsep ini bersifat experiential-learning dengan harapan mampu meningkatkan kepekaan sosial, kecerdasan emosional, dan toleransi keragaman sosial dan budaya. Bagi peserta, konsep Live In merupakan wadah yang tepat untuk mengembangkan diri melalui interaksi dengan masyarakat dan lingkungan baru. Durasi pelaksanaan kegiatan Live In berkisar antara 1 minggu hingga 2 bulan. Dalam kasus pelaksanaan Live In di Kalurahan Ngargosari rata-rata Live in dilaksanakan selama 1 bulan penuh.

    Live In awalnya tidak diperuntukan untuk wisata, tetapi seiring waktu konsep ini mulai dimanfaatkan untuk mempromosikan potensi wisata karena tidak memerlukan banyak biaya. Dalam pelaksanaan Live In terdapat istilah host family, yakni warga setempat yang menjadikan rumahnya sebagai tempat tinggal atau penginapan peserta, membantu peserta beradaptasi dengan lingkungan sekitar, serta mempersiapkan konsumsi sehari-hari bersama peserta. Sudah barang tentu bagi host family Live In merupakan berkah tersendiri yang mampu meningkatkan perekonomian keluarga. Sejalan dengan hal tersebut, Live In sebagai strategi wisata dapat diwujudkan melalui penyusunan plan kegiatan dengan menyisipkan agenda rekreasi edukatif dalam jadwal yang telah ditentukan.

    Alasan Live In Perlu dipertimbangkan di Ciamis

    Usai berdialog dengan kepala desa dan kelompok desa wisata Kalurahan Ngargosari, saya mulai memikirkan Ciamis. Tentang bagaimana tanah kelahiran akan mengadaptasi konsep ini, dan berjaya dalam sektor pariwisata setelahnya. Ciamis memiliki banyak kausa untuk menjalankan konsep ini dengan baik!

    Ciamis: Bentuk Keselarasan antara Bentang Alam yang Unik dan Budaya yang Beragam

    Ciamis memiliki pilar utama yang dibutuhkan untuk menjalankan konsep Live In. Wilayah ini merupakan perwujudan keselarasan antara bentang alam yang unik dan budaya yang beragam, sehingga memiliki nilai jual untuk menarik peserta. Selain itu, Ciamis memiliki peninggalan sejarah lintas masa yang ciamik. Mulai dari fosil purba di Museum Tambaksari, Situs Megalitikum Batu Panjang di Jahim, Candi Ronggeng di Pamarican, Bumi Alit, Kampung Kuta dan masih banyak lagi.

    Tidak hanya itu, warisan tak benda berupa tradisi dan kesenian juga tidak kalah banyak jumlahnya, sebut saja Upacara Adat Nyangku Panjalu, Upacara Misalin Cimaragas, Tradisi Nyepuh, Tradisi Merlawu di Situs Gunung Susuru, kesenian Bebegig Sukamantri, dan Ronggeng Gunung. Dari banyaknya daftar warisan budaya, bentang alam yang unik, dan situs peninggalan yang ada, Ciamis akan menjadi tujuan Live In yang komplit. Untuk dapat menggugah peserta Live In agar mau berkunjung, memiliki cerita atau storytelling yang apik adalah sebuah keharusan, dan Ciamis memiliki hal tersebut.

    Live In Mendorong Ciamis dan Potensi Wisata Edukasinya

    Dari potensi alam, kebudayaan, hingga kuliner, Ciamis memiliki persentase yang besar untuk mengembangkan potensi wisata edukasinya melalui konsep Live In. Konsep tersebut akan membentuk roda perputaran yang berkelanjutan mulai dari ekonomi hingga pelestarian kebudayaan.

    Hal ini dapat diwujudkan melalui peningkatan partisipasi peserta Live In terhadap kegiatan produksi dan upacara budaya. Misalnya, daripada sekadar mengarahkan untuk membeli, wisatawan dapat diajak untuk mempraktikkan cara membuat galendo seraya dijelaskan asal usul sejarah galendo, baru setelahnya peserta diarahkan untuk membeli.

    Contoh upaya lainnya adalah mengajak wisatawan untuk menyaksikan kesenian Ronggeng Gunung yang juga terbuka untuk masyarakat lokal, sekaligus berpakaian dan belajar menjadi pementas ronggeng gunung dengan kostum dan tuition fee yang sudah dipaketkan. Dengan hal tersebut maka peningkatan ekonomi masyarakat dan kelestarian budaya akan tercapai. Dalam hal ini semua pihak diuntungkan, baik itu pegiat seni, pengusaha makanan, masyarakat, begitupun peserta Live In yang mendapat insight baru.

    Tempat Menikmati Slow Living Terbaik

    Umumnya target sasaran dari peserta Live In adalah mereka yang tinggal di kota-kota besar atau negara maju dengan segala hiruk-pikuk kehidupan metropolitannya. Alasan utama mereka memutuskan untuk bergabung, salah satunya untuk melepaskan penat di tempat yang tenang dan asri. Mereka berharap bisa menemukan slow living yang bisa menyegarkan kembali pikiran untuk menjaga kestabilan kesehatan mental.

    Di Ciamis, kehidupan masyarakat tidak pernah begitu spartan, tidak terlalu ramai, tidak begitu mengintimidasi, dan yang pasti nyaman. Ciamis yang selama ini bukan menjadi bagian utama dari destinasi wisata di Jawa Barat, khususnya Priangan Timur, justru akan sangat cocok dengan konsep Live In.

    Tipikal Masyarakat dengan Hospitality Paling Someah

    Ciamis dapat disandingkan dengan kota/kabupaten di Priangan Timur yang memiliki tingkat kejahatan paling rendah di Jawa Barat. Mendengar berita kejahatan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari masih relatif tabu di kabupaten yang baru memenangkan anugerah Adipura Kencana ini. Hal ini bisa dijadikan sebagai salah satu indikator yang menunjukan betapa berkualitasnya hospitality atau keramahtamahan masyarakat Ciamis yang dalam konteks Live In, dan menjadikan wilayah ini memiliki nilai plus. Dengan menimbang hal ini, maka konsep Live In memang patut dicoba untuk diberdayakan di Kabupaten Ciamis.

    Opini pribadi mengenai pengembangan potensi wisata alam dan budaya Ciamis ini ditulis oleh Bara Hasnuagi Hinggis, mahasiswa Hubungan Internasional UII angkatan tahun 2020 yang berasal dari Dusun Cidoyang, Desa Sukakerta, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Sejarah

    Fiksi

    Inspirasi