• FYI

    18 Januari 2017

    Sepenggal Kisah Fantastis, Gema Ribuan Takbir dari Mesjid Agung Ciamis


    Senin pagi, 28 Nopember 2016. Sepuluh menit sudah berlalu. Iring-iringan ratusan mobil bak terbuka pengangkut ribuan santri bergerak menyusuri jalanan, meninggalkan Bayasari, melewati belokan-belokan dan menarik perhatian masyarakat yang menatap dengan penuh tanda tanya.

    "Ada apa ini?"
    "Mau pada pergi ke mana para santri itu?"
    "Banyak sekali, ya...."

    Tanda tanya dan keheranan terpancar dari raut muka para 'penonton' di pinggir jalan. Boleh jadi, terselip juga di antara mereka yang belum ngeh, tak tahu bakal ada Aksi Bela Islam Jilid III yang segera digelar di Jakarta.

    KH. Nonop Hanafi, pimpinan rombongan sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda II Bayasari, terus berkomunikasi dengan para kyai sepuh di Tatar Galuh. Ia terus berusaha mengonfirmasi kesiapan mereka untuk mendukung aksi longmarch 'Kafilah Ciamis' ini.

    "Assalamualaikum, Kang Haji," sapanya lewat ponsel di genggamannya, "di mana posisi?"
    Di ujung telepon, KH. M. Syarif Hidayat, pimpinan Pondok Pesantren Al-Hasan menjawab hangat, "saya di Jakarta, sedang mengantar jamaah umroh...."

    Sempat terlintas kebingungan di dalam benak Kyai Nonop. Lantas diungkapkannya bahwa Kyai Syarif sudah di-setting untuk memberangkatkan rombongan. Tapi kyai sepuh terdebut tetap memberi semangat. "Sok waé lah ku énté (silakan sajalah sama kamu)!" katanya.

    Kyai Nonop tak patah arang. Ia segera menghubungi KH. Maksum, pimpinan pondok pesantren Cikole.

    "Assalamaualaikum, Kang, diantos (ditunggu) di Mesjid Agung!"
    "Ada apa?"
    "Santri yang mau ke Jakarta jadinya jalan kaki."
    "Insya Allah, nanti beres ngajar Akang merapat ke Mesjid Agung."

    Kyai Nonop bisa tersenyum lagi, bersyukur dan merasa gembira atas kesediaan serta dukungan kyai sepuh itu. Support tersebut akan menjadi tambahan semangat untuk semua yang sedang berjuang.

    Kurang-lebih 10 menit menjelang rombongan mencapai lokasi Mesjid Agung Ciamis di pusat kota, Kyai Nonop tiba-tiba menyadari belum meminta izin kepada Ketua DKM Mesjid Agung Ciamis. Ia segera menghubungi Ketua DKM lewat telepon dan segera mendapat tanggapan positif, diijinkan dan bahkan diberi bantuan fasilitas sound system.

    ***

    Massa santri dari berbagai pesantren ternyata sudah tumpah-ruah ketika rombongan dari Miftahul Huda II Bayasari tiba di Mesjid Agung Ciamis. Mesjid kebanggaan warga Ciamis tersebut bertambah riuh-rendah 'dibanjiri' ribuan santri.

    Baca juga: Endang Iskandar: Mesjid Agung Ciamis Pernah Dibakar Habis!

    Para kyai sudah hadir memimpin dan mendampingi santri-santrinya. Tampak KH. Pipin dari Pondok Pesantren Sabiilunnajat sedang bersama KH. Haidarifan dari Banyulana. Utusan dari Pondok Pesantren Miftahul Amiin dan pesantren-pesantren lain di sekitar Ciamis juga tak ketinggalan. Para pimpinan pondok tersebut sedang berkumpul di teras mesjid.

    Seorang kyai menyambut Kyai Nonop sembari tersenyum.

    "Bener, ieu téh? (Betulkah ini?)" tanyanya.
    "Serius, Kang," jawab Kyai Nonop meyakinkan.

    Para kyai segera mengadakan rapat kecil. Saat itulah tiba-tiba ponsel Nokia jadul Kyai Nonop berdering sambil memunculkan nomor yang tidak dikenalnya.

    "Halo, assalamulaikum...."
    "Waalaikumsalam," jawab seseorang di ujung telepon, "Pak Kyai, ini saya dari Polres. Bapak Kapolres minta bertemu, bisa nggak?"
    "Oooh, iya, insya Allah bisa, tunggu satu jam lagi."

    Kyai Nonop melanjutkan mengikuti rapat kecil. Pertemuan tersebut kemudian memutuskan bahwa acara pengarahan harus segera dimulai.

    Koordinator Lapangan (korlap) segera mengumumkan bahwa seluruh santri harus segera masuk ke dalam mesjid. Secara serempak semuanya masuk ke dalam mesjid.

    Para pimpinan pondok pesantren mengambil posisi duduk di paling depan, sementara para santri putri dan putra dipisah oleh barisan brigade santri yang memakai rompi khusus.

    Acara dimulai dengan lantunan ayat suci Al-Quran, lalu dilanjutkan dengan pengarahan yang berisi penyampaian maksud kegiatan, teknis di perjalanan dan destinasi pos peristirahatan. Para kyai bergantian memberikan arahan dan akhirnya Kyai Nonop pun mendapat giliran.

    Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda II Bayasari tersebut mengambil mikropon dan langsung melantangkan pekikan "takbiir!" Seketika, gemuruh jawaban "Allohu Akbar! Allahu Akbar!" terdengar membahana, berkali-kali. Semua hadirin kemudian berdiri.

    "Ista'idduuu?" tantang Kyai Nonop.
    "Labbaik!" jawab massa santri.
    "Apakah kalian siap bela Allah?"
    "Siaaap!" jawaban hadirin kompak serempak.
    "Apakah kalian siap bela Rasul?"
    Siaap!"
    "Apakah kalian siap bela Islam?"
    "Siaaap!"
    "Apakah kalian siap bela Quran?"
    "Siaaap!"
    "Takbiiir!"
    Kalimat "Allahu Akbar" bergemuruh terus-menerus. Pekik komando takbir diulang-ulang, sehingga adrenalin para santri semakin memuncak. Semangat perjuangan semakin bergelora, seolah tak mungkin terbendung lagi.

    Ketika KH. Maksum datang bergabung dan memberi arahan terakhir bagi para santri, saat itulah pula para awak media mulai berdatangan. Kilatan lampu kamera sontak membuat suasana Mesjid Agung bertambah dramatis.

    Sementara itu, ponsel Kyai Nonop terus berbunyi, dengan sebaris nomor sama yang muncul berkali-kali. Ternyata, petugas dari Polres tadi yang terus berusaha menghubungi.

    Acara pengarahan diakhiri dengan do'a. Lantunan khusyu munajat kyai dan para santri menambah bekal sebuah perjalanan yang 'gila'. Segera setelah itu ribuan santri bergerak keluar dari dalam mesjid dan menuju ke jalan utama arah Jakarta.

    ***

    Barisan kafilah diatur rapi dengan 3 orang berjajar di setiap barisnya. Mobil komando berada di paling depan, dan tepat di belakangnya ribuan santri bertopi khusus, berupa 'dudukuy cetok' bercat merah-putih, berbaris panjang penuh semangat.

    Korlap mulai bersuara, mengomandokan takbir berulang-ulang. Kyai Maksum, Kyai Kamaludin dan Kyai Deden berada di jajaran paling depan, sementara Kyai Agus Malik berada di belakang untuk menyapu bersih peserta yang mungkin tercecer.

    Di tengah suasana haru dan seru yang luar biasa itulah, Kafilah Ciamis yang bersahaja berangkat untuk mengikuti Aksi Bela Islam Jilid III di Jakarta. Ya, pergi dengan berjalan kaki di dalam barisan yang sangat panjang mengular. Rombongan yanh membuat semua orang terkaget-kaget memandangnya.

    Saat dikatakan mau jalan kaki ke Jakarta, ada pula 'penonton' yang menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berceloteh, "dadaékanan! (kok mau-maunya)" katanya.

    Seseorang berambut cepak dan berbadan tegap, dengan otot gempal berisi, tiba-tiba menghampiri Kyai Nonop yang sedang asyik berjalan.

    "Pak Kyai," katanya kemudian, "Pak Kapolres menunggu di kantor."
    "Ooh, iya saya ke sana," sambut Kyai Nonop. Ia akhirnya ikut naik ke dalam mobil dan menuju kantor Polres Ciamis.

    Tak lama, lima menit kemudian. Kyai Nonop tiba di Mapolres Ciamis. Ia disambut petugas dan segera menuju ruangan Kapolres. Akhirnya, orang nomor satu di Ponpes Miftahul Huda II Bayasari tersebut terlibat pembicaraan serius dengan orang nomor satu di Polres Ciamis. (bersambung)

    (ditulis ulang berdasarkan catatan KH. Nonop Hanafi, foto © fb Nop Hanafi)

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Sejarah

    Fiksi

    Inspirasi