• FYI

    07 September 2020

    Dilepasliarkan di Gunung Sawal, Si Abah Kembali ke Kemuliaannya lagi


    Ilham Purwadipraja tak menutupi rasa gembiranya, saat menyaksikan macan tutul bernama Si Abah kembali ke alam bebas. Kucing besar berusia 11 tahun tersebut dilepas di hutan Blok Pasirtamiang, Desa Pasirtamiang, Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis, pada hari Selasa (25/8/2020).

    “Sangat senang, bahagia, melihat dan menyaksikan Abah pulang ke kampung halamannya dan merasakan kemerdekaannya lagi,” ungkapnya.

    Ilham, salah seorang pegiat konservasi yang terus konsisten menyuarakan pelestarian alam di Gunung Sawal, ikut ambil bagian dalam kegiatan yang berlangsung dari pagi hingga siang tersebut.

    Pelepasliaran Si Abah memang bukan peristiwa biasa, terlebih berlangsung di bulan kemerdekaan RI. Tampak hadir Kepala Balai Besar KSDA Jawa Barat Ammy Nurwati, Kepala DPRKPLH Ciamis Dr. H. Taufik Gumelar, S.T., M.M., perwakilan dari kepolisian, TNI, perguruan tinggi, pemerintah setempat, masyarakat dan pegiat konservasi.

    “Momen ini menandakan bahwa berbagai elemen, baik pemerintah, akademisi, pegiat dan lain-lain, sama peduli akan konservasi Gunung Sawal serta keanekaragaman hayatinya,” tutur Ilham.

    Ia berharap, dengan berkaca dari kejadian tertangkapnya Si Abah dan dilepasliarkan lagi untuk kedua kalinya, maka masyarakat lebih terbuka lagi pemikirannya, lebih cinta dan lebih peduli akan kelestarian alam. Hal tersebut sangat penting untuk masa sekarang dan sampai waktu yang akan datang.


    Berbagai pihak, termasuk warganet, memang menaruh harapan besar bahwa hewan liar yang merupakan icon satwa Pulau Jawa tersebut dapat hidup bebas, sehat dan berkembang biak untuk mempertahankan populasinya.

    Sebelumnya, Si Abah telah menjalani perawatan selama dua bulan di Bandung Zoological Garden, setelah tertangkap perangkap warga pada 25 Juni 2020 lalu. Setelah dinilai sehat dan dengan memperhatikan pendapat para ahli serta hasil telaah pihak terkait, macan tutul tersebut diputuskan untuk dikembalikan ke habitat aslinya.

    Macan tutul Jawa (Panthera pardus melas Cuvier, 1809) dikategorikan sebagai critically endangered serta termasuk dalam Appendix I CITES menurut The IUCN (International Union for Conservation of Nature) Red List of Threatened Species.

    Macan tutul Jawa hanya dapat ditemukan di Pulau Jawa, Pulau Kangean, Pulau Nusakambangan, dan Pulau Sempu. Namun demikian, populasinya semakin menurun dan terancam punah akibat kehilangan habitat, degradasi kualitas habitat dan fragmentasi habitat. Perburuan liar juga disinyalir menjadi penyebab peurunan populasinya.

    Bagaimana Cara Mencegah Si Abah Tertangkap lagi?

    Ilham menengarai turunnya satwa liar, khususnya macan tutul, dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya kawasan lindung sebagai fungsi habitat yang berkurang, mengikuti mangsa yang turun ke luar kawasan, kemudian faktor oknum yang diduga memancing dan sengaja menangkap. Namun demikian, dugaan-dugaan tersebut diakuinya harus dikaji secara lebih detail.

    Beberapa suara warganet sempat menyoroti kerugian yang diderita penduduk akibat turunnya macan ke area pemukiman, terutama dalam bentuk matinya hewan ternak. Ilham memandang solusi untuk hal tersebut membutuhkan kebersamaan semua pihak.


    “Terkait penangan mitigasi konflik satwa dengan manusia tersebut memang harus terjalin sinergitas dengan koordinasi yang baik antara petugas dan masyarakat,” ungkapnya.

    Ia mencontohkan, ketika ada indikasi macan turun gunung, penduduk harus secepatnya berkoordinasi dengan petugas supaya dapat segera diansisipasi. Begitu pula petugas harus intensif lagi dalam giat penyadartahuan dan pendekatan ke masyarakat mengenai edukasi macan tutul. Dengan adanya sinergitas maka akan terjalin kesejahteraan manusia dan satwanya.

    Ilham adalah salah satu dari sekian banyak warga Ciamis yang merasakan kebahagiaan saat melepas Si Abah kembali ke hutan.

    Ia berharap konflik satwa dan manusia yang berujung terjadinya penangkapan sepert ini jadi yang terakhir. Ia berharap Si Abah dapat menurunkan generasi ‘Abah Junior’ selanjutnya.

    “Abah lebih mulia jika sampai akhir hayatnya berada di alam bebas, daripada tinggal di kandang selamanya,” pungkas Ilham.

    Source: Ilham Purwadipraja
    Editor: @ciamis.info

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Sejarah

    Fiksi

    Inspirasi