• FYI

    30 Januari 2021

    Ngajodang, Aktivitas Unik Warga Desa Kutawaringin Tangkap Ikan di Musim Hujan


    Kehadiran musim hujan di wilayah Tatar Galuh disambut dengan suka cita, khususnya oleh para petani yang memerlukan ketersediaan air dalam jumlah cukup untuk mendukung pengolahan lahan garapan.

    Namun demikian, hujan dengan intensitas cukup tinggi sudah biasa mengakibatkan dampak lain yang kadang amat merugikan masyarakat, di antaranya banjir yang menggenangi lahan pertanian dan pemukiman.

    Masyarakat di wilayah sekitar Ranca Cibeureum, Desa Kutawaringin, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Ciamis, memiliki kebiasaan unik dalam menangkap ikan. Kegiatan ini menjadi lebih sering dilakukan pada saat musim hujan dan sebagian wilayah ini terendam banjir musiman. Warga biasa memanfaatkan situasi tersebut untuk menangkap ikan yang terbawa arus dan berkumpul di kawasan yang tergenang.

    "Tangkapan ikan hari ini tidak terlalu mujur, hanya mendapat satu ‘sair’ kecil," ungkap Rendy, warga setempat kepada CIAMIS.info, Rabu (27/1/2021).

    Ngajodang adalah istilah warga lokal untuk aktivitas menangkap ikan dari Ranca Cibeureum. Alat yang digunakan pun hanya berbentuk sederhana saja dan telah biasa dipakai masyarakat sejak turun temurun. Warga hanya harus bersabar menunggu di tempat khusus seperti saung dan saat air di sekitar jaring alat ngajodang berkecipak, maka segera diangkat agar ikan tertangkap.

    Kegiatan ini semakin menjadi pilihan pada saat musim hujan datang dan luas permukaan air Ranca Cibeureum bertambah, sehingga ikan-ikan lebih leluasa bergerak ke tepian dan tak hanya berkumpul di tengah. Jumlah ikan pun bertambah, sebab hujan lebat kerap membawa hasil ikutan berupa kawanan ikan dari mana-mana.

    Ngajodang biasanya dimulai warga pada sekitar pukul 5 subuh. Terlebih jika hujan deras turun pada malam sebelumnya, maka biasanya lebih banyak ikan yang melalui arus selokan dan dapat terjaring. Selain itu, kawanan ikan pun kadang bergerak ke tepian pada saat tersebut.

    Meski demikian, tutur Rendy, sebagian warga lebih memilih ngajodang pada pukul 10 pagi hingga sekitar pukul 15.00 sore, sebab genangan air di ranca dianggap sudah mendapat cukup cahaya matahari dan suhunya naik. Hal tersebut menyebabkan banyak ikan bergerak ke tepian untuk mencari tempat yang lebih teduh. Pada saat itulah ikan-ikan tersebut melewati alat dan dapat ditangkap.

    Hasil ngajodang kadang cukup lumayan sebagai tambahan lauk keluarga. Ikan yang didapat terdiri atas jenis nilem, mujair (jaer), bayong dan paray. Hasil tangkapan tersebut biasanya dimanfaatkan untuk dikonsumsi sendiri. Ikan hasil tangkapan biasanya diolah dengan cara digoreng dan diberi bumbu pedas.

    “Dulu pernah dalam waktu sabedug (kira-kira pukul 10 pagi hingga tengah hari) mendapat ikan sebanyak 6 kilogram,” ungkap Rendy.

    Rendy mengaku menyukai kegiatan ngajodang ini, dan menjadi lebih aktif melakukannya dua tahun terakhir ini. Ia sendiri mengaku sudah sering ikut ngajodang sejak kecil, mengikuti warga yang sudah terbiasa melakukannya.

    Foto: @rendyjulfhiana13
    Kontributor: @ciamisnulis
    Editor: @ciamis.info

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Sejarah

    Fiksi

    Inspirasi