• FYI

    25 April 2021

    Diuji Hanya Sekali, Kiai dari Ciamis ini Langsung Diijazahi Mentashih Guru Qiroati


    Metode Qiroati telah menjadi salah satu pilihan utama yang dipakai untuk mengajarkan pembacaan Al-Quran, baik untuk anak-anak, remaja maupun usia dewasa. Metode ini dikembangkan oleh K.H. Dachlan Salim Zarkasyi (1928-2001), seorang ulama dari Semarang, dan resmi berdiri pada tahun 1986. Metode ini dinilai praktis dan mudah untuk dipahami serta dilaksanakan oleh para peserta didik.

    Peserta didik Metode Qiroati diajak aktif belajar membaca, sedangkan guru hanya menjelaskan pokok pembelajaran, dan memberi contoh bacaan. Cara tersebut membuat murid tidak terbebani, sebab materi diberikan secara bertahap, dimulai dari kata-kata yang mudah dan sederhana. Peserta didik dalam waktu relatif singkat mampu membaca Al-Qur’an dengan fasih, tartil, serta menguasai bacaan-bacaan ghorib dan ilmu tajwid.

    Keistimewaan Metode Qiroati sejak awal telah menarik minat K.H. M. Yusuf Amin, seorang hafizh dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Ulfah, Kampung Babakan, Dusun Karanganyar, Desa/Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis. Hal itu dimulai ketika pada tahun 1991 ia mendapat informasi dari gurunya saat mondok, K.H. Muhammad, bahwa ada metode baru untuk mentashih guru TK Al-Quran di Semarang. Saat itu, dirinya masih berusia 32 tahun, baru setahun lebih menikah dan ‘mukim’.

    Tanpa berpikir panjang, ia berangkat ke Semarang sambil membawa 7 orang santri. Mereka tiba di Semarang pada sekitar pukul 17.00 WIB dan langsung menemui K.H. Dachlan Salim Zarkasyi, sang pendiri Metode Qiroati, di Kampung Kebonarum, Semarang. Kedatangan rombongan disambut baik oleh tuan rumah, dan karena sudah sore maka baru selepas magrib pembicaraan dilanjutkan dengan lebih leluasa.

    Kiai Dachlan kemudian menguji para tamu dari Ciamis tersebut dengan Metode Qiroati, dan hasilnya langsung disampaikan saat itu juga.

    “Lima dari tujuh orang santri dinyatakan lulus oleh Kiai Dachlan,” tutur K.H. M. Yusuf Amin kepada CIAMIS.info, mengenang peristiwa penting tersebut.

    Sementara itu, hasil untuk K.H. M. Yusuf Amin lebih istimewa dan menjadi amanah tersendiri. Ia secara khusus dinyatakan lulus dan boleh mentashih calon guru baca Al-Quran, sekaligus diangkat menjadi koordinator Metode Qiroati di wilayah Kabupaten Ciamis.

    Sebagai catatan, berdasarkan sebuah sumber, tidak sembarangan orang dapat diluluskan oleh tes baca K.H. Dachlan Salim Zarkasyi, apalagi diijazahi menjadi pentashih guru Al-Quran. Terdapat penuturan bahwa seorang hafizh pun ada yang dikoreksi bacaannya dan belum lulus dari tes Kiai Dachlan.

    Metode Qiroati Cabang Ciamis akhirnya berdiri pada tahun 1991 dan merupakan merupakan cabang yang ke-5 di Indonesia. Metode Qiroati, yang kemudian makin menyebar pada periode tahun 2000-an, kini telah memiliki ribuan cabang di seluruh tanah air, dan bahkan telah menyebar ke beberapa negara, seperti Australia, Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura.

    Keberadaan Metode Qiroati di Kabupaten Ciamis, tidak dapat dipisahkan dari sosok dan peran K.H. M. Yusuf Amin. Sebagai ‘Amanah Tashih’ di Kabupaten Ciamis, ia sudah menguji dan meluluskan ribuan orang yang ingin diijazahi dalam hal membaca Al-Quran. Setiap tahun peminat yang mengikuti tes baca tersebut terus meningkat, sehingga pentashihan harus dibuat dalam beberapa gelombang.

    Peran besar K.H. M. Yusuf Amin di dalam penyebaran Metode Qiroati di Kabupaten Ciamis selaras dengan citra Pondok Pesantren Al-Ulfah yang diasuhnya. Pondok tersebut dikenal dengan keunggulan dalam hal bacaan Al-Quran, kitab kuning, dan akhlak. Tak heran, keunggulan tersebut diakui oleh pondok-pondok lain dengan mengirimkan santri-santrinya untuk belajar membaca Al-Quran di Pondok Pesantren Al-Ulfah.

    “Metode Qiroati betul-betul sudah memasyarakat, diminati oleh masyarakat. Saat ini, tidak kurang dari 2000 orang guru Quran Metode Qiroati di Ciamis sudah ber-syahadah,” pungkas ayah dari 15 orang anak tersebut, penuh rasa syukur.

    Kontributor: @ira_munirotul_ulfah
    Penulis: @ciamisnulis
    Editor: @ciamis.info

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Sejarah

    Fiksi

    Inspirasi