• FYI

    14 April 2021

    Inikah Asal-usul Nama Baregbeg di Ciamis?


    Nama ‘Baregbeg’ paling tidak terdapat di dua wilayah di Kabupaten Ciamis. Pertama, sebagai nama desa, yaitu Desa Baregbeg, di kecamatan yang juga bernama sama, Kecamatan Baregbeg. Kedua, juga sebagai nama desa, yakni Desa Baregbeg, tetapi berada di wilayah Kecamatan Lakbok.

    Asal-usul nama tempat, atau disebut dengan toponimi, selalu menarik untuk diketahui oleh masyarakat, terutama bagi kaum muda yang mungkin belum sempat mengetahui arti nama daerahnya. Lazimnya, arti nama tempat diceritakan secara ‘tutur tinular’ atau melalui dongeng oleh orang tua kepada anak-cucunya.

    Di sisi lain, penamaan tempat di Jawa Barat umumnya memiliki makna tertentu, dan tidak dibuat dengan asal-asalan atau begitu saja. T. Bachtiar, anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung, ketika menjelaskan tentang penamaan wilayah di Bandung, seperti dikutip dari Pikiran Rakyat, menyatakan bahwa para pendahulu biasanya memberikan nama suatu tempat dengan alasan tertentu.

    Penamaan tersebut bisa jadi terkait dengan topografi (berhubungan dengan bentuk permukaan bumi di wilayah tersebut), atau geomorfologi (mengenai bentuk alam dan proses yang membentuknya).

    Kemungkinan yang dapat disimpulkan sementara, penamaan ‘Baregbeg’ didasarkan karena alasan tanda-tanda alam (saat itu). Kata 'baregbeg' dalam versi pertama, yang pernah ditemukan CIAMIS.info secara daring, tetapi sudah tidak dapat ditemukan lagi tautannya, konon berarti bambu kecil atau buluh.

    Catatan yang masih perlu diteliti lebih lanjut tersebut menyatakan bahwa berdasarkan bukti catatan sejarah yang terdapat di Pemerintahan Desa Baregbeg, desa tersebut didirikan pada tahun 1813 oleh Mbah Bangun Tapa, Dalem Abrur, Ratu Buni Geulis, dan Aria Janggala.

    Menurut sumber tersebut, tokoh Aria Janggala adalah seorang pemimpin yang gagah sakti, berkharisma dan bijaksana. Ia disegani oleh rakyatnya dan dihormati oleh pemerintah Hindia Belanda. Namun, suatu saat tokoh tersebut mendapat serangan hewan buas dan tombak yang dimilikinya tidak mampu mengatasi bahaya tersebut. Konon, Aria Janggala kemudian menghilang di dekat bambu kecil yang dinamai pohon baregbeg.

    Sejak kejadian tersebut, pusat pemerintahan dialihkan ke lokasi baru yang menjadi Desa Barebeg sekarang. Sementara itu, lokasi lama kemudian disebut dengan Dusun Baregbeg Kolot, dan terdapat Jalan Aria Janggala sebagai penanda keberadaan legenda tersebut.

    Terdapat catatan pada sumber tersebut, mengenai daftar nama-nama penjabat kuwu dan kepala desa di Desa Baregbeg, Kecamatan Baregbeg, dari mulai tahun 1813 hingga tahun 2000-an, yang cukup berharga sebagai petunjuk untuk penelitian lebih lanjut.

    Mereka yang pernah memimpin wilayah ini, yakni: Mbah Kuwu (1813-1838), Djamanggala atau Bapa Goong (1938-1868), Wiradidjaya atau Bapa Gembel (1868-1888), H. Basri (1888-1903), Djaya Disastra (1903-1941), H.K. Djaya Diharja (1941-1951), Parjo (1951-1959), Eko Atmadja (1959-1965), H. Moh Kosim (1965-1973), Ending Supriadi (1973-1982), Dede Adipradja (1982-1993), Ending Supriadi (1993-2001), Apaj Supardjo (2001-2007), dan Ade Iwan Kurniawan (2007). Catatan ini masih perlu diteliti ulang dan dilengkapi.

    CIAMIS.info belum menerima versi lain dari cerita rakyat hidup di masyarakat setempat tentang arti kata ‘baregbeg’ selain yang berkaitan dengan legenda Aria Janggala. Demikian pula, belum ditemukan referensi mengenai asal-usul penamaan yang berasal dari Desa Baregbeg, Kecamatan Lakbok. Jika terdapat informasi lain, tulisan ini akan dilengkapi kemudian.



    Karena wilayah Ciamis umumnya menggunakan Bahasa Sunda sebagai bahasa ibu, ada baiknya mencari makna kata ‘baregbeg’ di dalam kamus. Beruntung, R.A. Danadibrata, penyusun Kamus Basa Sunda yang merupakan ningrat kelahiran Ciamis, dan pernah menjadi pegawai pemerintahan di wilayah Kabupaten Ciamis, mencatat arti kata ‘baregbeg’ di dalam kamusnya. Catatatannya yang kini dibukukan menjadi ‘Kamus Basa Sunda R.A. Danadibrata’ memuat arti kata tersebut.

    Baregbeg, menurut R.A. Danadibrata, adalah rimpang jahe yang tidak berkumpul atau berkelompok sebagaimana lazimnya, tetapi terpisah satu-satu. Dikatakannya, baregbeg merupakan jehe yang kurang baik dan murah harganya kalau dijual. Dalam konteks budidaya tanaman jahe, hasil yang diharapkan tentunya tanaman yang tumbuh subur, panen rimpangnya banyak dan bergerombol.

    Pembahasan mengenai asal-usul nama Baregbeg, dengan demikian untuk sementara menghasilkan dua kemungkinan: pertama, yakni berasal dari bambu kecil atau buluh; dan kedua, berasal dari jahe yang rimpangnya satu-satu atau tidak bergerombol. Satu hal yang sama dari kedua kemungkinan di atas, yakni keduanya menunjuk pada tumbuhan. Penamaan tempat yang didasarkan pada keberadaan tumbuhan, cukup lazim ditemukan di Tatar Pasundan.

    Apakah di Baregbeg dulunya memang terdapat rumpun bambu kecil atau tanaman jahe sebagai penanda lokasi? Bagaimanapun, masih diperlukan penelusuran dan penelitian lebih lanjut dari insan akademis untuk menemukan asal-usul nama tempat ini.

    Penulis: @ciamisnulis
    Editor: @ciamis.info

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Sejarah

    Fiksi

    Inspirasi