• FYI

    13 Juli 2022

    Resah dan Ketakutan, Warga Cikupa Berharap Macan yang Turun Gunung Segera Ditangkap


    Malam hari yang sedianya merupakan waktu tenang dan menentramkan, atau saat terbaik untuk beristirahat, akhir-akhir ini dirasakan cukup tegang dan menakutkan bagi warga RT 05 RW 03 Desa Cikupa, Kecamatan Lumbung, Kabupaten Ciamis.

    Bagaimana tidak, sudah beberapa waktu terakhir ini, daerah tersebut dijadikan lokasi kehadiran macan yang berasal dari kawasan Suaka Margasatwa Gunung Sawal. Hewan pemangsa tersebut turun gunung untuk mencari mangsa.

    Rabu (13/7/2022) pagi, misalnya, warga setempat kembali menemukan jejak-jejak kaki tanda kehadiran hewan penghuni hutan tersebut.

    “Datangnya mungkin tadi malam sesudah hujan reda, ketahuan pagi-pagi waktu suami saya ke luar rumah. Alhamdulillah, tidak ada kerugian, soalnya ayamnya dulu sudah habis dilahapnya,” tutur Lisna Amalia, warga setempat kepada CIAMIS.info.

    Dikatakannya, sebelumnya pada tanggal 22-23 Juni 2022 yang lalu, 7 ekor ayamnya habis dimangsa oleh macan, sedangkan satu ekor lagi diduga kabur saat kandang ayam dirusak oleh hewan predator tersebut. Lisna menyebut, jejak-jejak kehadiran hewan penguasa hutan tersebut nampak di dua lokasi, yakni sekitar rumahnya dan dekat rumah nenek suaminya.

    “Di dekat rumah nenek suami saya sama, banyak jejaknya,” ujarnya.

    Kehadiran macan dari Gunung Sawal ke lokasi pemukiman warga di Desa Cikupa bukan yang pertama kali. Sebaliknya, terjadi hampir setiap tahun. Warga bahkan pernah empat kali menangkap hewan hutan yang kehadirannya meresahkan ini. Jika saat ini macan hanya memangsa ayam, dulu yang menjadi korban adalah hewan yang berukuran lebih besar, semisal anjing, domba, atau kambing.

    Catatan media menunjukkan, penangkapan pertama terjadi pada 11 Nopember 2010, ketika seekor macan belang hitam putih ditangkap warga dengan perangkap khusus. Pada tanggal 11 Agustus 2015 warga kembali menangkap seekor macan kumbang berwarna hitam legam, dengan menggunakan perangkap yang disimpan di sungai kering, sekitar 1 km dari permukiman warga. Penangkapan dilakukan setelah sekitar 3 bulan hewan hutan tersebut meresahkan warga dan banyak ternak yang 'hilang'. Tanggal 27 September 2016, seekor macan tutul kembali ditangkap warga. Penangkapan terjadi lagi pada tahun 2018, setelah macan memangsa 2 ekor anjing dan seekor kambing, sehingga warga berinisiatif memasang jebakan.

    Baca juga: Macan Tutul Gunung Sawal Ciamis Kembali Tertangkap Perangkap Warga

    Kemudian, pada tanggal 25 Juni 2020, warga kembali menangkap seekor macan tutul jawa (Panthera pardus) dengan panjang badan 2 meter (dari kepala ke ekor), juga menggunakan perangkap. Penangkapan satwa liar selalu dilaporkan kepada pihak berwenang, yakni BKSDA, untuk ditindaklanjuti dengan pemeriksaan dan pelepasliaran hewan yang dilindungi tersebut ke habitat aslinya.

    Lokasi Desa Cikupa yang berada di kaki gunung dan berbatasan dengan hutan, menjadikan permukiman warga menjadi ‘tujuan’ macan yang sedang kelaparan dan mencari makanan. Saat ini, kehadiran macan bahkan dapat dikatakan cukup sering diketahui warga.

    “Saat ini bisa dibilang sering (muncul), soalnya setiap pagi warga yang habis dari kebun suka bilang banyak jejaknya,” tambah Lisna. Menurutnya, warga menjadi bingung, antara tetap berangkat ke kebun karena kebutuhan, dan takut terancam keselamatan karena adanya macan.

    Ia berharap ada tindakan segera dari pihak berwenang untuk menangkap hewan hutan yang turun ke kawasan pemukiman tersebut, jika memang warga tidak diperbolehkan menangkapnya. Kehadiran macan dirasakan sangat meresahkan, karena selain pemakan daging, juga dikenal larinya sangat cepat dan mampu memanjat, serta dapat membahayakan keselamatan warga, terutama anak-anak.

    “Masih mending kalau yang anaknya sudah gede, sebab yang masih kecil ‘kan susah dikasih tahu,” imbuh Lisna.

    Ia bahkan berharap, jika sudah tertangkap macan tersebut tidak usah dilepasliarkan lagi ke hutan Gunung Sawal, sebab dikuatirkan akan turun lagi ke pemukiman jika tidak menemukan makanan lagi di habitatnya.

    “Mending kalau makan ternak, kalau membahayakan manusia, siapa yang akan bertanggung jawab?” tanya Lisna.

    Petugas BKSDA pada tanggal 23 Juli 2022 sudah datang ke lokasi merespon laporan yang masuk. Sesudahnya, para petugas dan warga setempat berupaya melakukan antisipasi terhadap kehadiran macan dengan membuat suara-suara keras, termasuk dengan letusan senapan. Pencegahan tersebut tetap diselaraskan dengan panduan tindakan terhadap hewan yang dilindungi oleh undang-undang.

    “Semoga cepat ditangkap, biar tidak ada korban selanjutnya. Mungkin orang lain mah tidak akan merasakan keresahan seperti yang kami rasakan,” pungkas Lisna.

    Penulis: @ciamisnulis
    Editor: @ciamis.info

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Sejarah

    Fiksi

    Inspirasi