Hari ini, Senin (1/9/2025), suasana di Mesjid Agung Ciamis terasa berbeda. Mesjid megah kebanggaan warga Tatar Galuh ini dipenuhi oleh para tokoh penting, yakni jajaran Forkopimda Kabupaten Ciamis, para pimpinan pesantren, pimpinan perguruan tinggi, ketua organisasi kemasyrarakatan, pimpinan partai, pimpinan LSM, dan hadirin lainnya.
Mereka hadir dalam satu ikhtiar mulia, doa bersama dan deklarasi damai di depan Pendopo Kabupaten Ciamis. Langkah yang digagas Bupati Ciamis Dr. H. Herdiat Sunarya ini merupakan respons bijak terhadap situasi sosial belakangan ini, ketika demonstrasi dan kerusuhan terjadi tidak hanya di Ciamis, melainkan juga di berbagai wilayah Indonesia.
Namun, sebagaimana obat yang tidak akan manjur bila hanya menyembuhkan gejala, upaya ini akan lebih bermakna jika dibarengi dengan pemahaman mendalam atas akar masalah yang melatarbelakangi gelombang keresahan sosial. Lantas, apa akar masalahnya, serta apa yang harus dilakukan pasca doa bersama dan deklarasi damai?
Salah satu akar masalah dari adanya demonstrasi saat ini adalah adanya ketidakadilan ekonomi dan kesenjangan sosial. Banyak masyarakat merasa pembangunan tidak merata, harga kebutuhan pokok menekan, dan kesempatan ekonomi semakin sempit. Frustrasi ekonomi yang tidak tersalurkan dengan baik, sering kali berubah menjadi amarah sosial. Kemudian juga krisis kepercayaan terhadap pemerintah dan aparat. Ketika masyarakat merasa hukum tidak ditegakkan dengan adil, atau suara mereka tidak didengar, muncul kekecewaan yang mudah meletup dalam bentuk demonstrasi dan kerusuhan. Belum lagi ketika para pejabat mempertontonkan kemewahan, kenaikan gaji dan tunjangan di tengah-tengah kondisi rakyat yang sedang dicekik dengan pajak yang terus meningkat, dan kondisi ekonomi yang makin memprihatinkan.
Intinya, kalau kita telisik lebih dalam, salah satu faktor utama yang banyak dirasakan masyarakat saat ini adalah tekanan ekonomi. Harga kebutuhan pokok naik, daya beli melemah, sementara lapangan kerja belum cukup tersedia. Sementara itu, pajak malah terus dinaikkan, dan bahkan di beberapa daerah dijadikan strategi instan untuk menaikan pendapatan daerah.
Bagi masyarakat pedesaan seperti di Ciamis, ketidakpastian harga hasil pertanian dan lemahnya akses pasar juga menjadi beban tersendiri. Jika persoalan ini tidak direspons dengan serius, keresahan ekonomi bisa menjadi bara dalam sekam yang mudah menyulut aksi-aksi sosial. Selain itu, rendahnya literasi digital memperburuk keadaan. Hoaks dan ujaran provokatif di media sosial menyebar cepat, memanaskan suasana, dan memperbesar potensi konflik.
Maka, selain doa dan deklarasi, berbagai solusi konkret yang perlu diupayakan antara lain:
Pertama, pemerataan pembangunan dan pemberdayaan ekonomi rakyat, khususnya sektor UMKM dan pertanian yang menjadi tulang punggung masyarakat Ciamis. Pemerintah daerah bersama pesantren, perguruan tinggi, dan ormas perlu mendorong penguatan UMKM, koperasi syariah, serta pertanian berbasis komunitas agar masyarakat memiliki ketahanan ekonomi dari bawah. Perlu juga dirancang program padat karya serta pelatihan keterampilan agar generasi muda tidak kehilangan harapan, dan tercipta banyak lapangan pekerjaan.
Kedua, pendidikan kewirausahaan dan kebangsaan di pesantren, sekolah, dan perguruan tinggi, agar generasi muda kita tumbuh menjadi generasi entrepreneur, generasi yang bisa creating value added, yang bermanfaat bagi masyarakat.
Ketiga, penegakkan hukum yang adil dan transparan, sehingga kepercayaan publik terhadap negara kembali pulih.
Keempat, pemerintah daerah juga perlu berbenah mencari solusi di tengah efisiensi anggaran dari pusat, sehingga kabupaten yang mengalami krisis anggaran jangan hanya menaikkan pajak, apalagi Pajak Bumi dan Bangunan yang merambah ke semua lapisan masyarakat. Carilah sumber-sumber pendapatan daerah lain tanpa harus menaikkan pajak, sehingga para pejabat daerah juga harus memperlihatkan jiwa entrepreneurship-nya.
Kelima, penguatan literasi digital dan ruang dialog agar masyarakat tidak mudah terprovokasi dan memiliki saluran aspirasi yang konstruktif. Ini juga penting agar tidak diperkeruh dengan hoaks dan lainnya
Akhirnya, doa bersama dan deklarasi damai hari ini adalah langkah awal yang penting. Doa bersama menjadi simbol bahwa penyelesaian persoalan bangsa tidak cukup hanya dengan pendekatan struktural dan kebijakan, tetapi juga membutuhkan dimensi spiritual, ibarat menyalakan lilin di tengah gelap. Namun, perjalanan bangsa membutuhkan lebih dari sekadar simbol; ia membutuhkan ikhtiar serius, solusi nyata, dan kerja sama semua elemen masyarakat.
Kerukunan dan kedamaian memang harus terus dijaga. Tetapi perdamaian sejati tidak akan kokoh jika perut rakyat masih lapar dan beban hidup semakin berat. Karena itu, doa dan deklarasi damai hari ini harus ditindaklanjuti dengan kebijakan ekonomi yang berpihak pada rakyat kecil, agar keadilan sosial benar-benar terwujud di bumi Tatar Galuh Ciamis. Semoga kita semua bisa ikut berperan dalam memecahkan masalah bangsa Indonesia, khususnya masalah Tatar Galuh Ciamis. Semoga … aamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar