• Ads

    18 Desember 2025

    Kukuh Jaga Sastra Sunda Berdasawarsa, Godi Suwarna Raih Anugerah Kebudayaan Indonesia Tahun 2025


    Sastrawan Sunda kebanggaan Kabupaten Ciamis, Godi Suwarna, menerima Anugerah Kebudayaan Indonesia Tahun 2025 Kategori Sastra. Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Menteri Kebudayaan RI, Dr. Fadli Zon, pada Rabu (17/12/2025) bertempat di gedung Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan.

    Turut mendampingi pada saat penyerahan anugerah, Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Ciamis, Dr. Dian Budiyana, M.Si, mewakili Bupati Ciamis.

    Mengutip rilis yang disampaikan Disbudpora Ciamis, penghargaan bergengsi ini diberikan oleh Kementerian Kebudayaan RI sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi Godi Suwarna dalam membawa dan menjaga Sastra Sunda di era globalisasi, di tengah gempuran media sosial dan kecerdasan buatan (AI).

    Diketahui, Godi Suwarna merupakan satu-satunya perwakilan dari Jawa Barat yang menerima penghargaan tersebut. Sejak awal, Disbudpora Ciamis terlibat penuh dalam proses pengajuan calon penerima anugerah, dan keterpilihan ini merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Tatar Galuh Ciamis.

    Godi Suwarna, sastrawan yang menghabiskan masa kecilnya di Dusun Cirikip, Desa Cinyasag, Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis, adalah alumnus IKIP Bandung (kini bernama UPI) yang sudah produktif menulis sajak dan prosa berbahasa Sunda sejak tahun 1976.

    Semangat dan komitmennya dalam mempertahankan eksistensi bahasa Sunda sudah mendarah daging dan tak tergoyahkan. Sajak, cerpen dan naskah novel hasil karyanya mendapatkan apresiasi tertinggi dari berbagai pihak, di antaranya LBSS (Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda), Paguyuban Pasundan, Majalah Manglé, dan lain-lain.


    Tak terhitung karya-karya sastra yang dihasilkannya, di antaranya buku kumpulan puisi berbahasa Sunda berjudul Jagat Alit (1979), Surat-Surat Kaliwat (1982), Blues Kéré Lauk (1992), dan banyak lainnya. Selain itu, kumpulan cerita pendek Sunda berjudul Murang-Maring (1989), Serat Sarwasatwa (1995), novel Sandékala (2007) dan Déng (2009). Tak hanya dalam bentuk buku, tulisan-tulisannya juga tersebar di berbagai media lainnya, termasuk di dunia maya dan sosial media.

    Totalitas Godi Suwarna dalam memperjuangkan sastra dan budaya, juga tercermin dalam berbagai peran yang dijalaninya. Selain menulis, sejak kecil dirinya sudah aktif membaca sajak dan bermain dalam pentas sandiwara.

    Tak heran, di kemudian hari ia juga terjun menjadi pemeran dan bahkan sutradara pada beberapa kelompok teater yang diikutinya. Tahun 1981, predikat Sutradara Terbaik pada Porseni Mahasiswa Tingkat Nasional berhasil diraihnya. Ia juga sempat bergabung dengan STB (Studiklub Teater Bandung) dan terlibat pada berbagai pementasan di level lokal, nasional, dan internasional.


    Apresiasi atas sepak terjang Godi Suwarna di dunia sastra dan budaya tak hanya datang dari dalam negeri. Ia pernah tampil membawakan sajak Sunda, maupun bermain teater, di beberapa negara, di antaranya Australia, Jerman, Italia, dan Jepang. Keterlibatannya pada berbagai event tersebut membuat jejaring yang dimilikinya sangat luas.

    Meski reputasi dan pencapaiannya sangat luar biasa, Godi Suwarna tetap membumi dan mau berbagi dengan para penikmat maupun peminat belajar sastra Sunda. Ia tak segan memberi dorongan maupun bimbingan kepad para penulis muda.

    Di sisi pelestarian budaya, salah satu momentum berharga yang terus dijaga keberlangsungannya adalah saat ia menggagas Nyiar Lumar di situs budaya Astana Gede Kawali Ciamis. Kegiatan yang menampilkan kolaborasi seni budaya dan pariwisata tersebut telah menjadi event rutin istimewa, dan memiliki magnet bagi ribuan orang yang datang pada setiap penyelenggaraannya.

    Foto: Fb Godi Suwarna, @disbudpora.ciamis
    Ref: Berbagai sumber
    Editor: @ciamisnulis

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Sejarah

    Fiksi

    Inspirasi