• Ads

    09 September 2025

    Ciamis Kabupaten Pertanian Organik: Branding dan Harapan Baru Ekonomi Daerah


    Branding bukan sekadar slogan, melainkan identitas yang memberi makna bagi sebuah daerah. Ketika Kabupaten Ciamis mencoba menempatkan dirinya sebagai “Kabupaten Pertanian Organik”, hal itu bukan hanya pilihan kata, melainkan sebuah strategi place branding yang mengandung harapan. Dalam teori place branding, sebuah identitas akan berhasil jika memenuhi tiga syarat utama: authenticity (keaslian), differentiation (diferensiasi), dan consistency (konsistensi). Ide dan gagasan ini sudah penulis sampaikan pada Bupati Ciamis dan beberapa stakeholder yang hadir pada acara 'Ngaji Tani di Banyulana'. Pertanyaannya sekarang, apakah Ciamis memiliki tiga syarat utama tersebut?

    Ciamis sendiri sejak lama dikenal sebagai daerah agraris. Data Badan Pusat Statistik mencatat lebih dari separuh tenaga kerja di Ciamis hidup dari sektor pertanian. Sawah membentang luas, kebun-kebun kopi dan kakao tumbuh subur, serta hortikultura menjadi penopang ekonomi masyarakat. Dari sisi authenticity, identitas sebagai kabupaten pertanian memang tidak bisa dipungkiri. Lalu ketika arah pengembangan pertanian organik dipilih sebagai branding, sesungguhnya Ciamis sedang berusaha memberi nilai tambah pada identitas lamanya.

    Dalam konteks differentiation, langkah ini bisa menjadi terobosan. Banyak kabupaten di Jawa Barat mengklaim diri sebagai lumbung padi atau sentra sayuran, tetapi belum banyak yang benar-benar melekat dengan predikat organik. Padahal tren gaya hidup sehat (healthy lifestyle) dan kebutuhan produk bebas pestisida kini makin kuat, baik di dalam negeri maupun di pasar global. Di sinilah peluang Ciamis terbuka: ia bisa menempatkan diri sebagai pionir yang berbeda, menawarkan produk pertanian dengan kualitas lebih tinggi dan nilai ekonomi yang lebih menguntungkan.

    Namun, branding tidak berhenti pada klaim. Consistency menjadi tantangan besar. Petani membutuhkan pendampingan agar mampu memenuhi standar organik, mulai dari proses budidaya hingga sertifikasi. Pemerintah daerah harus hadir dengan kebijakan yang berpihak, menyediakan insentif, membangun jaringan pasar, dan memastikan rantai distribusi berjalan. Jika tidak ada kesinambungan antara branding dan kebijakan nyata, maka identitas ini berisiko hanya menjadi jargon yang tidak hidup dalam keseharian masyarakat.

    Dampak ekonomi dari pertanian organik sesungguhnya bisa diukur. Riset Kementerian Pertanian tahun 2023 menunjukkan bahwa harga produk organik berada 20 sampai 40 persen lebih tinggi dibanding produk konvensional. Beras organik misalnya, dapat dijual hingga Rp22.000 per kilogram, sementara beras biasa hanya berkisar Rp12.000 hingga Rp15.000 per kilogram. Sayuran organik bahkan memiliki margin keuntungan lebih besar, mencapai 30 sampai 50 persen. Jika Ciamis mampu mengonversi sekitar sepuluh persen dari lahan sawahnya, yaitu sekitar 15.000 hektar, ke dalam pertanian organik, maka dengan produktivitas 5 ton per hektar per tahun, akan dihasilkan 75.000 ton beras organik. Dengan harga premium, nilainya bisa mencapai Rp1,65 triliun, lebih tinggi dibanding nilai beras konvensional dari lahan yang sama yang hanya sekitar Rp1,1 triliun.

    Tidak hanya sektor produksi, branding pertanian organik juga membuka peluang ekonomi lain. Agro-tourism berbasis organik bisa menjadi daya tarik baru, tempat wisata edukasi yang melibatkan keluarga, sekolah, hingga wisatawan luar daerah. Produk organik bersertifikat juga punya peluang besar untuk menembus pasar ekspor, terutama ke Eropa dan Jepang yang permintaannya terus meningkat. Selain itu, industri turunan seperti organic food processing, produk herbal, kosmetik alami, hingga restoran dengan konsep farm to table bisa tumbuh di sekitar ekosistem pertanian organik.

    Dengan demikian, branding Ciamis sebagai Kabupaten Pertanian Organik sebenarnya bukan hanya tagline, tetapi strategi untuk melompat ke tahap baru pembangunan ekonomi. Ia menyatukan identitas lama Ciamis sebagai kabupaten agraris dengan kebutuhan pasar modern yang menghargai kualitas dan kesehatan. Jalan menuju ke sana memang tidak mudah, karena memerlukan consistency dalam kebijakan, dukungan ekosistem, serta keterlibatan semua pihak, mulai dari pemerintah, pesantren, koperasi, hingga masyarakat petani. Namun, jika langkah ini dijalankan dengan sungguh-sungguh, Ciamis tidak hanya akan dikenal sebagai daerah penghasil padi, melainkan sebagai kabupaten yang mampu menghadirkan pertanian sehat sekaligus meningkatkan kesejahteraan warganya.

    Ciamis, 9/9/2025

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Sejarah

    Fiksi

    Inspirasi