• FYI

    30 Januari 2014

    Kisah Lurah Sunahwi, Sang Penyelamat Panji Siliwangi


    Sunahwi adalah sebuah legenda. Namanya tidak terlepas dari sejarah panjang perjuangan TNI, khususnya yang berkaitan dengan Kodam III Siliwangi. Ia bukanlah jenderal, bukan pula seorang prajurit, hanya penduduk biasa yang pernah menyandang jabatan sebagai lurah di sebuah kampung bernama Cirikip, Desa Cinyasag, Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis. Namun, perjuangannya tercatat dengan tinta emas sejarah. Berikut ini kisah Sunahwi, yang diambil dari berbagai sumber, di antaranya catatan Eman Suherman dan situs resmi Kostrad.

    Pasukan Siliwangi pada tahun 1948 melaksanakan hijrah ke Jawa Tengah, sebagai akibat Perjanjian Renville (17/1/1948). Di wilayah yang jauh dari tanah asalnya, mereka kemudian terlibat dalam aksi penumpasan pemberontakan PKI Madiun, bersama pasukan Diponegoro dan Brawijaya. Belum lepas dari rangkaian perjuangan yang melelahkan, mereka diperintahakan oleh Panglima Besar Sudirman, melalui 'Perintah Siasat Nomor 1' (9/11/1948), untuk kembali ke Jawa Barat.

    Pasukan Siliwangi kemudian menempuh perjalanan darat penuh risiko, dengan berjalan kaki selama 40 hari, hingga masuk wilayah Rancah. Pada tanggal 2 Januari 1949, pengamanan dan pengawalan Panji Siliwangi –saat itu disebut ‘Vaandel Siliwangi’- diserahkan oleh Kopral Somantri, salah seorang anggota rombongan Staf Divisi Siliwangi, kepada Letnan Satu Mung Parahadimulyo, Komandan Kompi IV Batalyon Nasuhi, Brigade Samsu, Divisi Siliwangi.

    Panji tersebut sempat terancam karena serangan pesawat Belanda di wilayah tenggara Gunung Sawal (24/1/1949), maupun serangan di Antralina (27/1/1949). Antralina adalah nama sebuah dusun di Desa Sumberjaya, Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis. Panji sempat dipegang oleh gerombolan DI/TII yang menawan tentara Siliwangi, bahkan lambang Divisi Siliwangi tersebut kemudian dilemparkan ke tanah.

    Letnan Satu Mung Parahadimulyo memegang peranan penting dalam kisah 'penitipan' Panji Siliwangi kepada Lurah Sunahwi. Ia mengenal baik lurah tersebut, seorang penyadap nira yang sangat mendukung perjuangan. Lurah Sunahwi sendiri sangat menyadari beban dan risiko yang dihadapinya dalam menerima titipan Panji Siliwangi. Jika panji tersebut hilang atau direbut musuh, maka ia sendiri yang harus menjadi gantinya.

    Beruntung, wilayah Desa Cinyasag termasuk bersih dari pengaruh politik luar, dan para pemudanya bersatu mendukung perjuangan RI. Padahal, waktu itu DI/TII sedang meluaskan pengaruh di wilayah Ciamis utara, dan beredar pula kabar bahwa Belanda menyebar mata-mata ke wilayah Cinyasag. Dalam sebuah aksi pembersihan, Belanda sempat pula menawan Kuwu (kepala desa) Cinyasag, M. Darajat, selama berhari-hari.

    Konon, mulanya Lurah Sunahwi memasukkan ransel yang berisi Panji Siliwangi ke dalam besek, dan selalu membawanya ke mana-mana. Namun ia merasa tidak aman, apalagi sempat terjadi penyisiran oleh pasukan baret hijau Belanda yang menewaskan dua orang pemuda Cirikip. Ia mendapat bantuan pengamanan dari Suharya, pimpinan pemuda Cinyasag dari kampung Kaliwon. Sumber lain menyatakan, Sunahwi dan Panji Siliwangi juga dikawal oleh Suhanta, adik Sunahwi sendiri, yang merupakan tokoh pemuda Cirikip saat itu.

    Sunahwi kemudian membuka ransel titipan dan saat itulah ia mengetahui wujud asli Panji Siliwangi. Ia lalu menyimpannya di dalam sebuah bumbung bambu (lodong) yang biasa digunakan untuk menyadap nira, dan menempatkannya di atas pohon kelapa setinggi lebih kurang tujuh meter. Barulah ia merasa tenang, dan cukup dengan melihat bumbung tersebut dari jauh, ia tahu bahwa panji dalam keadaan aman. Hal tersebut berlangsung sekitar tiga bulan lamanya, hingga suatu hari bumbung bambu ditemukan berada di kolam yang berada di bawah pohon kelapa. Rupanya pucuk tempat menyimpan bumbung tersebut sudah berubah menjadi pelepah dan bumbungnya jatuh ke bawah.

    Panji Siliwangi akhirnya ‘dijemput’ kembali oleh seorang utusan bernama Letnan Kosasih dari pasukan Siliwangi. Panji tersebut kemudian disampaikan kepada Panglima Siliwangi, dan kini menjadi salah satu bagian dari Museum TNI. Sunahwi mendapat penghargaan dari negara. Lokasi tempat tinggalnya, atas prakarsa Kodam Siliwangi, sejak tahun 1975 dijadikan monumen sejarah. Kini, setiap tahun lokasi tersebut diramaikan oleh acara napak tilas perjuangan pasukan Siliwangi.

    Monumen penyelamatan Panji Siliwangi di Cirikip, Cinyasag, Ciamis (foto: Kabar-Priangan.com).

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Sejarah

    Fiksi

    Inspirasi