• FYI

    15 November 2019

    Ayo, Selamatkan Ciamis Kita dari Sampah!


    Beberapa teman yang berasal dari kota lain selalu terkagum-kagum ketika mengunjungi Ciamis. Ungkapan “Ciamis Manis” (Menawan, Asri, Nyaman, Indah, Sehat), mereka sepakati. Begitulah memang slogan Ciamis yang eksis di masa kecilku dulu.

    Slogan Ciamis Manis tersebut membawa kebanggaan tersendiri, sebab kampung halamanku –yang kerap disebut kota kecil atau kota pensiunan, ternyata memiliki keisitimewaan tersendiri, suasana yang bersih, adem, dan membuat kerasan siapa saja yang mengunjunginya. Kesan baik seperti ini amat patut disyukuri, bukan?

    Tak jarang, mereka bahkan secara spontan berkata ingin menetap di Ciamis. Mereka jatuh hati dengan segala keindahan Ciamis yang masih alami. Jelaslah, mereka sudah jarang menemukannya di kota-kota tempat mereka tinggal.


    Sayangnya, itu kenangan dulu, saat semua orang masih sadar untuk menjaga kelestarian alam dan peduli akan lingkungan sekitar. Sekarang? Kondisi saat ini miris sekali.

    Lihatlah ... ini yang kutemukan di sekitar rumahku. Jumsih (Jumat Bersih, kegiatan bersih-bersih lingkungan) kali ini disponsori oleh berbagai macam sampah sisa luapan air kemarin. Kumpulan sampah tersebut membawa serta lumpur dan aroma-aroma yang tak sedap.

    Apa masih mau seperti ini? Merusak tempat tinggal kita sekaligus tempat kita dilahirkan? Mau sampai kapan?

    Ini Ciamis, loh. Kota kecil di wilayah Priangan Timur. Bukan kota-kota besar di mana gedung-gedung pencakar langit berjejeran dan pusatnya gaya hidup yang serba moderen. Bukan lokasi yang produksi sampahnya sudah begitu melimpah hingga berserak di mana-mana, berton-ton hingga membuat pusing para pengelola kebijakan kota. Setidaknya, masih ada harapan pengelolaan sampah di kota Ciamis Manis ini tak serumit di kota-kota tersebut.


    Namun, kenyataan yang ternyata sangat memprihatikan ini menimbulkan berbagai pertanyaan tentang penyebab semua ini terjadi. Juga kegemasan tentang bagaimana cara untuk mengatasi dan ‘menyembuhkan’ kondisi ini. Lunturnya kesadaran tentang menjaga lingkungan di daerah, sejujurnya patut membuat kita waspada akan akibat yang mungkin terjadi di masa depan.

    Ke mana kearifan lokal yang selama ini kita punya? Kalau bukan kita yang menjaga dan menyelamatkan tempat tinggal kita sendiri, lantas siapa lagi?

    Penulis: Tazkiyatun Nafsiah, ibu rumah tangga, penulis lepas, dapat dijumpai di instagram @tazki_.
    Editor: @ciamisnulis.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Sejarah

    Fiksi

    Inspirasi